Ini berita yang ditulis wartawan denpasarkota.go.id
Denpasar (denpasarkota.go.id), Denpasar, Kota Denpasar tidak memiliki sumber daya alam, hanya memiliki sumber daya manusia (SDM). Namun hanya SDM kreatif mampu bersaing untuk hidup dan maju. Demikian diungkapkan Walikota Denpasar IB Rai Dharmawijaya Mantra saat peluncuran Novel Ayu Manda karya I Made Iwan Darmawan di Gramedia Duta Plasa, Jumat Malam (9/4). Peluncuran Novel Ayu Manda ditandai dengan pembubuhan tanda oleh Walikota Denpasar dan I Made Iwan Darmawan. Bahkan sejumlah pengunjung di Gramedia membeli novel Ayu Manda serta meminta tanda tangan pada Walikota dan Iwan Darmawan.
Walikota Rai Mantra (kanan) menyalami Iwan Darmawan. |
Lebih lanjut Rai Mantra mengatakan pihaknya akan terus mendorong dan merangsang masyarakat Kota Denpasar untuk lebih kreatif. Sehingga kreatifitas masyarakat Kota Denpasar terus berkembang. “Di jaman globalisasi ini kreativitas sangat diperlukan. Saya siap mendorong dan mendukung kreativitas masyarakat kota Denpasar untuk lebih maju,” ujar Rai Mantra.
Namun dalam menggali kreativitas hendaknya tetap berpatokan pada budaya dan kearifan lokal. Disamping itu semua kebudayaan yang ada jangan hanya tersirat namun juga harus tersurat seperti penulisan novel ini. Dalam kesempatan tersebut Rai Mantra meminta pada para pengusahan untuk meyumbangkan CSR (cooperate social responsibility) agar bisa lebih menggali kreativitas masyarakat kota dan memunculkan kreativator baru.
Sementara I Made Iwan Darmawan mengatakan novel yang diterbitkan merupakan karya yang pertama kalinya. Namun kalau menulis sudah dilakukan sejak dahulu. Untuk penulisan novel Ayu Manda Darmawan mengaku telah melakukan riset selama 10 tahun sejak ia menjadi wartawan di Bali Post. Namun mulai intens meriset setelah novel tersebut mulai ditulis tiga tahun lalu. Iwan juga mengaku banyak menggunakan buku teks, juga hasil penelitian, agar apa yang ditulisnya benar benar detail. Dalam pandangan laki laki yang sempat mengenyam pendidikan di Fakultas Film dan Televisi Institut Kesenian Jakarta ini, walau fiksi tetap harus memiliki logika dan fakta.
Novel ini bercerita tentang kisah hidup seorang penari Legong. Novel setebal 330 mengajak para pembaca untuk masuk ke Bali di tahun 60-an dan menikmati semua nuansanya secara total. Di novel ini Ayu Manda terlibat persaingan cinta, terjebak dalam hiruk pikuk politik dan merasakan bagaimana tidak bahagianya di sangkar emas sebagai bangsawan di puri.
Saat memberikan laporan tentang pembuatan novel tersebut Iwan Darmawan juga mengharapkan kepada pemerintah untuk mendorong para seniman terutama seniman tulis untuk terus berkarya. Mengingat di Bali khususnya di Kota Denpasar memiliki berbagai seni dan budaya yang bisa menjadi inspirasi bagi penulis. Disamping itu visi misi kota Denpasar mewujudkan Denpasar kota kreatif berbasis budaya unggulan memberikan peluang bagi seniman untuk terus berkarya. (Gst)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar