Laman

Jumat, 01 Oktober 2010

Proses Cover...

Sebuah cover sangat menentukan daya pikat pertama dari sebuah buku. Kawan kawan di Kebun Angan Studio secara serius membuat sejumlah sketsa. Sebelum kemudian menemukan salah satu yang dipilih menjadi cover Novel AYU MANDA.

Sketsa Sketsa Cover Novel Ayu Manda



NB:
Lebih lengkap bisa disimak di :

http://kebun-angan.com/index.php?option=com_content&task=view&id=91&Itemid=61

Manusia Bali


Buku Manusia Bali karya I Ketut Artadi, Dosen Fakultas Hukum Unud ini memberi saya banyak pemahaman detail manusia Bali.
Banyak detail sehari hari, yang sering ditemui dalam pengamatan langsung, namun tidak dipahami maksunya secara utuh. Nah di buku ini penjelasan saya temukan. Buku ini membahas antara lain tentang "Laki laki Bali yang menerima apa adanya" "Simbul untuk mengungkapkan kata hati" juga mengenai "Wanita Bali penyabar".

Selasa, 28 September 2010

Ditulis di web Citibank - Ubud Writers and Readers Festival

Made Iwan Darmawan was born in Bali. He worked for 13 years as a journalist, photographer and editor for the Bali Post. Iwan had started his education at the Medical Faculty of Udayana University (1987) and then at the Faculty of Film and Television at the Jakarta Art Institute (1992). His essays and short stories have been published in Jakarta-Jakarta, Humour Magazine, Voice of Reform, Koran Tempo, and Bali Post.

Two of his short stories, "Ritus Legong" and "Sulandri" won awards from Femina magazine. As a photographer, Iwan had a solo exhibition in 2000 with the theme “Bali with Other Words” and in 2003 with “Fighting with a Conscience”.  Iwan now works as a writing & photography trainer, and is a judge in photography competitions. His debut novel Ayu Manda was published in early 2010. Its haunting depiction of a female Balinese dancer's struggle against new esthetic, tourism, sexuality and the brutal aftermath of a failed communist's coup in mid-1960 has won the novel many praises.

Silahkan Klik :
http://ubudwritersfestival.com/writer/iwan-darmawan

Minggu, 19 September 2010

Tafsir Kebudayaan


Buku Tafsir Kebudayaan dan Negara Teater karya antropolog Clifford Geertz mampu memberi gambaran tentang Bali hingga ke akar akarnya. Tentunya ini dari perspektif antropolog barat, yang melihat Bali dari sisi luar.
Kebiasaan kebiasaan rakyat Bali dalam bersikap, baik terhadap dirinya, saudaranya dan lingkungannya tentu tidak bisa dilepaskan dari bangunan bangunan struktur sosial. Dari buku ini bisa dirunut, walau bagi kebanyakan orang meliihat Bali sebagai sebagai sebuah masyarakat yang homogen, namun sesungguhnya heterogen.

Sabtu, 18 September 2010

Sisi Gelap Pulau Dewata


Menulis novel adalah memberi pembaca kesempatan melihat masalah dari berbagai sisi. 
Buku Geoffrey Robinson terbitan LKiS ini menjadi sisi lain yang harus saya lihat dari Bali, karena banyak buku sebelumnya yang diterbitkan lebih menceritakan Bali sebagai bangunan struktur sosial kemasyarakatan yang ideal dan unik.
Banyak hal yang diceritakan dalam buku ini, tentang politik, intrik dan persaingan merebutkan kekuasaan membantu saya memperkuat bangunan karakter tokoh - tokoh dan karakter masyarakat Bali pada umumnya.
Selain itu buku ini memberi jawaban atas banyak sekali missing link atas sejarah Bali. Sehingga memperkuat saya dalam memahami Bali.

Kamis, 16 September 2010

Buku Kaja dan Kelod, tarian Bali dalam transisi

Buku tulisan Prof.Dr I Made Bandem dan Fredrik Eugene deBoer, adalah sangat penting dalam penulis Novel AYU MANDA karena berisi lengkap anatomi tarian Bali, konsep, filosofi sejarah dan visualnya.

Buku Penting Tari Bali

Dari buku ini, saya bisa memberikan para penari di novel Ayu Manda taksu/spirit yang sangat kental. Sehingga mereka benar benar bisa saya visualkan sebagai penari sesungguhnya, tepat dengan jamannya.
Prof.Dr Made Bandem, seorang penari dan mantan Rektor Insitut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta. Sekarang beliau menjadi Profesor di The College of the Holy Cross,
Massachusetts, USA.

NB: Terima Kasih untuk Marlowe Bandem atas hadiah buku ini. Sangat membantu saya merekonstruksi secara detail tari Bali dalam novel ini.

Rabu, 15 September 2010

Wanita Bali Tempo Doeloe

Edisi Pertama

Saat wanita Bali bertelanjang dada dijadikan postcard pariwisata tahun 1930-an. Sejumlah aktivis perempuan yang aktif dalam gerakan Poetri Bali Sadar marah dan protes atas upaya promosi yang merendahkan perempuan Bali. Bahkan, Ni Loeh Sami menulis artikel “Pintu dan Jendela Masih Tertutup” di majalah Tjatajoe, 25 Desember 1936.

Selasa, 14 September 2010

Istana Dewa Pulau Dewata


Istana Dewa Pulau Dewata, makna puri Bali abad ke 14-19. Buku yang ditulis Dr. Agus Aris Munandar ini telah menyelamatkan aku dari ketidaktahuan tentang sebuah puri. Banyak hal yang aku kira disebut A berfungsi sebagai B. Ternyata salah semua.

Senin, 13 September 2010

Walikota Denpasar Rai Mantra Luncurkan Novel Ayu Manda

Ini berita yang ditulis wartawan denpasarkota.go.id

Denpasar (denpasarkota.go.id), Denpasar, Kota Denpasar tidak memiliki sumber daya alam, hanya memiliki sumber daya manusia (SDM). Namun hanya SDM kreatif mampu bersaing untuk hidup dan maju. Demikian diungkapkan Walikota Denpasar IB Rai Dharmawijaya Mantra saat peluncuran Novel Ayu Manda karya I Made Iwan Darmawan di Gramedia Duta Plasa, Jumat Malam (9/4). Peluncuran Novel Ayu Manda ditandai dengan pembubuhan tanda oleh Walikota Denpasar dan I Made Iwan Darmawan. Bahkan sejumlah pengunjung di Gramedia membeli novel Ayu Manda serta meminta tanda tangan pada Walikota dan Iwan Darmawan.

Walikota Rai Mantra (kanan) menyalami Iwan Darmawan.

Endorsement for Ayu Manda

Ayu Manda, novel langka tentang gadis bangsawan Bali, yang terpilih dan memilih untuk menjadi penari. Bersetting era awal tahun 60-an , pembaca dibawa larut dalam keseharian tokoh-tokohnya yang tumbuh dan berkembang bersama pasang surut keadaan, cinta dan pengianatan. Dipaparkan pula arus perubahan pemikiran para tokoh terhadap kasta, poligami dan perdebatan moderenitas serta nasionalisme secara sporadis, membuat novel ini menjadi dinamis.
·                     Ayu Bulantrisna Djelantik
·                     Penari legong senior dan dokter

Sinopsis Novel Ayu Manda


Gusti Ayu Manda Sari adalah putri sulung seorang pemimpin puri di desa Munduk Sungkal bernama Gusti Ngurah Amba. Dia menjalani kehidupan sebagai anak bangsawan, selain terpisahkan dari pergaulan rakyat jelata, sejak kecil Manda juga harus mempelajari tarian keraton yang disebut Legong di bawah asuhan guru yang keras dan tegas.
Manda yang berusaha kritis, harus menghadapi kenyataan bahwa ayahnya hidup berpoligami. Di tengah budaya feodal, ia tidak jarang terlibat konflik dengan ke empat ibunya, sementara kedudukannya sebagai perempuan di puri tidak memberinya hak terlalu banyak untuk berekspresi.

Minggu, 12 September 2010

Para Penari Legong

Para penari legong adalah karakter yang membangun struktur novel Ayu Manda. Di Bawah ini saya tampilkan sejumlah penari legong masa kini. Kira kira umurnya sama, ketika Ayu Manda dan kawan kawan menari Legong di tahun 60-an.

Para penari Legong ini pentas di Taman Budaya Bali saat Pesta Kesenian Bali 2010. Terima Kasih buat para penari Legong yang setia meneruskan budaya nasional tanpa pamrih.


all photo by i made iwan darmawan

DUA FIKSI PEREMPUAN DI BULAN KARTINI

17 April 2010
Sica Harum Wibowo
Masih bicara mengenai poligami, pluralisme, feodalisme, dan patriarki yang melahirkan kekerasan bagi perempuan.

SETIDAKNYA ada dua novel perempuan yang hadir di bulan April ini. Yakni, Ayu Manda dan Entrok. Keduanya berkisah tentang kehidupan perempuan menghadapi poligami, pluralisme, juga kekerasan. Ayu Manda ialah putri bangsawan yang dibesarkan menjadi penari. Ia hidup di awal 1960-an. Sedari kecil, putri dari istri utama di Puri Mundak Sungkal itu sudah memendam kemarahan karena ayahnya memperistri tiga perempuan lain selain ibunya.

18 Penulis Indonesia diundang ke Citibank UWRF 2010

UWRF Press Release JULY 2010 (Bahasa Indonesia)

Sebanyak 18 penulis Indonesia diundang untuk mengikuti  Ubud Writers and Readers Festival 2010, perhelatan sastra tingkat dunia yang akan berlangsung  pada 6-10 Oktober  mendatang di Ubud, Bali.
Kedelapan belas sastrawan tersebut adalah Kurnia Effendi (Jakarta), Medy Lukito (Jakarta), Nusya Kuswatin (Yogyakarta), Arif Riski (Padang), Zelfeni Wimra(Padang), Wa Ode Wulan Ratna (Jakarta), Andha S (Padang), Imam Muhtarom (Blitar), Wendoko (Semarang), Yudhi Heribowo (Solo), W. Hariyanto (Surabaya),Benny Arnas (Sumatera Selatan), Magriza Novita Syahti (Padang), Harry B Koriun (Riau), serta Hermawan Aksan (Bandung), Sunaryono Basuki KS, Ni Made Purnamasari, Iwan Darmawan (Bali).

Sabtu, 06 Februari 2010

“Dancing Out of Bali” John Coast

Pada satu hari di awal bulan Maret 2005, tiba tiba sahabatku Agung Rai, pendiri dan pemilik Agung Rai Museum of Art (ARMA) Ubud memberiku buku yang beberapa hari sebelumnya di launching di museumnya. Judulnya “Dancing Out of Bali” yang ditulis oleh John Coast diterbitkan Periplus Classics, “Ini buku bagus, akan sangat berguna buatmu untuk lebih tahu perjalanan seni budaya Bali,” kata Gung Aji, begitu beliau dipanggil oleh semua orang.


Cover Ni Gusti Ayu Raka tahun 50-an   

Ni Gusti Raka Rasmi di tahun 2010